Pada tanggal 31 Agustus 2010 Direktur Jenderal Peternakan menghadiri rapat Dengar Pendapat dengan Panja (Panitia Penanggung Jawab) Swasembada Daging Sapi Komisi IV DPR RI. Hadir dalam rapat tersebut Kepala Badan Karantina Pertanian, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh dan Asisten Gubernur Jawa Timur.

Adapun tujuan diadakannya rapat adalah untuk membahas Permasalahan Swasembada Daging Sapi, mengetahui sejauh mana program tersebut berjalan hingga pada tahun 2014 swasembada daging sapi bisa tercapai.

Pada tanggal 23 Juli 2010 diadakan pertemuan antara ASOHI dan PPI (Pusat Perizinan dan Investasi) yang dilaksanakan di Sekretariat ASOHI Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh Importir obat hewan dari seluruh perwakilan perusahaan.

Acara dibuka langsung oleh Ketua Sub. Bidang Importir Ir.Teddy Candinegara dan di hadiri olehekretaris Dewan Penasehat Drh. Tjiptardjo, SE, Sekretaris Jenderal Drh. Irawati Fari, Wakil Sekretaris Jenderal Drh. Forlin Tinora, Wakil Bendahara I Drh. Andi Wijanarko, Ketua Bidang Organisasi Drh. Gowinda Sibit, dan Sekretaris Eksekutif Ir. Bambang Suharno.

Pada tanggal 20 – 22 Juli 2010 ASOHI Jawa Tengah mengikuti Pameran Potensi dan Produk Unggulan Peternakan di desa Donohudan Kabupaten Boyolali provinsi Jawa Tengah. Stand dibuka pada hari Selasa 20 Juli 2010 pada pukul
08.00 sampai dengan 21.00 WIB dan berakhir Kamis 22 Juli 2010 pada pukul 13.00.

Stand pameran ASOHI Jawa Tengah bersama dengan PINSAR Surakarta diisi oleh beberapa anggota ASOHI Jateng antara lain: Lisan Mulia, Medion, Sanbe Farma serta Romindo.

Pada tanggal 18 Juli 2010 Ketua Umum ASOHI Drh. Rakhmat Nuriyanto,MBA menjelaskan terkait Ekspor Obat Hewan Indonesia yang selama ini meningkat. Rakhmat Nuriyanto menjelaskan hal tersebut kepada surat kabar Kompas di Jakarta. Dalam penjelasannya bahwa meningkatnya ekspor juga merupakan hasil dari bimbingan Direktorat Kesehatan Hewan pada Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian.

Drh. Rakhmat Nuriyanto, MBA menjelaskan juga,selama ini obat hewan yang diekspor dikelompokkan dalam bentuk farmasetik, yaitu meliputi vitamin,antibiotik, dan mineral. Untuk kelompok ini,persentase ekspor mencapai 38 persen. Obat hewan jenis premiks, atau yang dicampur langsung dengan pakan mencapai 36 persen dan produk biologik, seperti vaksin mencapai 26 persen. Dalam data Kementerian Pertanian disebutkan nilai ekspor obat hewan tahun 2006 sebesar 56,48 juta dollar AS, 2007 (410,08 juta dollar AS), 2008 (552,10 juta dollar AS dan 2009 (842,71 juta dollar AS).