SEMINAR INDUSTRIALISASI UNGGAS LOKAL YANG BERDAYA SAING Print
Written by sekretariat   
Friday, 23 March 2018 16:13

BOGOR, Selasa, 27 Februari 2018. Unggas lokal tetap eksis, selain sebagai pemasok pangan sumber protein hewani berkualitas tinggi, juga sebagai upaya mengoptimalkan pangsa pasar domestik dan simbol kebangkitan ekonomi kerakyatan. Hal itu disampaikan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita pada Seminar Nasional Industrialisasi Unggas Lokal yang Berdaya Saing, Selasa (27/2).

Dirjen PKH melihat ayam buras sangat akrab di pedesaan dan dapat menjadi kegiatan penting untuk menggerakkan perekonomian pedesaan. Untuk itu, pemerintah mengembangkan usaha ternak ayam buras di masyarakat sebagai instrumen dalam program pengentasan kemiskinan dan perbaikan gizi masyarakat.

Lebih lanjut Dirjen PKH menyampaikan, selama hampir 5 dekade terakhir peranan unggas baik lokal maupun ras semakin meningkat dalam sumbangannya terhadap produksi daging nasional. Berdasarkan data statistik peternakan, pada awal tahun 70an kontribusi daging unggas hanya sebesar 15%, tetapi pada tahun 2017 produksinya telah mencapai 2.147,21 ribu ton atau 66,34% terhadap produksi daging secara keseluruhan.

Ia juga menyebutkan, bahwa produksi telur juga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyediaan protein hewani. Dari total produksi telur secara keseluruhan sebanyak 1.970.853 ton, telur ayam buras sebanyak 196.138 ton (9,95%), sedangkan telur ayam ras sebanyak 1.428.195 ton (72,47%), dan telur itik sebanyak 290.110 ton (14,72%).

Ia menambahkan, telur dan daging unggas termasuk unggas lokal merupakan sumber protein hewani yang mudah dijangkau, mudah dipelihara dan murah harganya dibanding dengan daging ruminansia besar maupun ruminansia kecil.

Menurut Ketut Diarmita, produksi daging unggas yang sudah swasembada ini dapat menjadi motor untuk mengubah pola konsumsi protein hewani asal ternak dari red meat ke white meat. (AF/WK)