DISKUSI MEJA MAKAN DEMI STABILKAN PERUNGGASAN Print
Written by sekretariat   
Tuesday, 06 October 2020 11:56
JAKARTA, Selasa 1 September 2020. Bertempat di Omah Pawon Jalan Ampera Jakarta Selatan, Kementerian Pertanian mengundang para perwakilan perusahaan integrator untuk melangsungkan rapat bertajuk rapat evaluasi stabilisasi supply dan harga live bird di tingkat peternak. Ini merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi tanggal 28 Agustus 2020 yang lalu. 
 
Rencananya rapat akan membahas dan mengevaluasi SE Dirjen No. 09246/SE/PK.230/F/08/2020 tentang pengurangan DOC FS ayam ras pedaging melalui Cutting HE, penyesuaian setting HE dan afkir dini PS tahun 2020.
 
Sejumlah perwakilan perusahaan integrator, organisasi peternak (GOPAN) hadir memenuhi undangan tersebut, namun tidak terlihat perwakilan Kementan sekelas pejabat eselon di tempat tersebut. 
 
Pada dasarnya perusahaan integrator menyetujui usulan yang diberikan pada rapat sebelumnya seperti kebijakan on-off berjualan live bird. Beberapa diantara mereka juga mengatakan bahwa telah memaksimalkan penggunaan fasilitas cold storage-nya dalam penerapan kebijakan ini.
 
Bisa dibilang harga live bird sendiri pun minggu ini sudah naik ketimbang minggu lalu, terutama di daerah Sukabumi, Jabodetabek, dan Banten. Namun begitu harga yang berlaku memang masih belum harga yang diidamkan atau diinginkan oleh peternak.
 
Ketua Dewan Pembina GOPAN, Tri Hardiyanto dalam acara tersebut mengatakan dengan diberlakukannya sistem on-off (sehari menjual sehari tidak), para perusahaan besar otomatis merelakan lapaknya digeser untuk sementara.
 
"Untuk peternak, sehingga kalau ini dipatuhi live bird milik peternak dapat terserap oleh pasar, untuk para integrator memang harus masuk cold storage dulu, minimal 40% lah, kalau bisa lebih. Ini akan membantu mendongkrak harga," tutur Tri.
 
Ketika ditanya perihal afkir dini PS dan pengurangan HE, Tri menjawab bahwa masih terus dikaji ulang. Pasalnya, ia juga tidak mau kesalahan yang dilakukan pada 2019 lalu terulang dan malah menjadi bumerang bagi peternak.
 
"2019 kita memang setelah cutting, afkir dan lain-lain harga bagus. Tapi dominonya apa?, harga DOC naik gila-gilaan, semua kesulitan DOC. Repot lagi setting ulang. Setelah kandang isi penuh bareng-bareng, harga jual enggak masuk. Bangkrut lagi, makanya ini harus diperhatikan, dan benar-benar diperhitungkan matang-matang," pungkas Tri.
 
Selain itu dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai kelihaian broker dalam mencari celah. Seorang perwakilan PT Ciomas Adisatwa mengatakan bahwa di daerah Jawa Barat, khususnya Bogor, ada dua broker besar yang dapat mengontrol harga, oleh karenanya baik peternak mandiri, kemitraan dan lainnya harus bisa menahan diri dan tidak kalah oleh broker. (CR)