ZOETIS GUT HEALTH SEMINAR 2018 Print
Written by sekretariat   
Tuesday, 24 April 2018 09:54
JAKARTA, Kamis 15 Maret 2018. Bertempat di Fairmont Hotel Jakarta, PT Zoetis Animalhealth Indonesia kembali menyelenggarakan acara rutin tahunan yakni Zoetis Gut Health Seminar 2018. Seminar kali ini berfokus pada peningkatan performa ternak tanpa penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan.
 
"Melalui seminar ini diharapkan bisa memberikan pemahaman agar kita sebagai stakeholder dalam mengimplementasikan Permentan mengenai pelarangan penggunaan AGP dan mengetahui bagaimana langkah menghadapinya dengan lebih baik," ujar Drh. Ulrich Eriki Ginting, MM., General Manager Zoetis Indonesia dalam sambutannya.
 
Seminar menghadirkan pembicara diantaranya Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD. Direktur Kesehatan Hewan, Kementan RI, Ir Sri Widayati Direktur Pakan, yang diwakili Kasubdit Mutu dan Keamanan Pakan, Ir Ossy Ponsania, Peneliti Bidang Nutrisi dan Pakan Balitnak, Prof Budi Tangendjaja, Private Poultry Consultant, Tony Unandar dan Senior Director, Technical Services Poultry USA Zoetis Inc, Jon Schaeffer DVM PhD. Bertindak sebagai moderator adalah Drh Yana Ariana, Strategic Account Manager PT Zoetis Animalhealth Indonesia.
 
Budi Tangendjaja mengawali uraiannya tentang alternatif yang bisa digunakan pasca dilarangnya pengguanaan AGP di Indonesia. Diantaranya dengan penambahan asam organik, probiotik, prebiotik, enzim, accidifier, imunmodulator, mineral, minyak esensial maupun herbal.
 
Sementara, Tony Unandar menggaris-bawahi pentingnya memperhatikan kesehatan saluran cerna ayam broiler. Sebab segala jenis penyakit berawal dari usus yang kurang baik. Sebelumnya, peternak menggunakan AGP untuk menekan bakteri jahat pada usus dan membantu pertumbuhan, padahal jika pakan berkualitas dan manajemen baik, pemberian AGP bukan menjadi andalan.
 
"Karena AGP sudah dilarang, maka penerapan prinsip biosekuriti, mempersiapkan pertumbuhan awal unggas, peran mikroflora pada usus, mempersiapkan antibodi turunan (breeder) dan penggunaan bahan alternatif bisa menjadi solusi," tukas Tony Unandar. (RBS/WK)