Harga Daging Babi Makin Anjlok, Rp 7.500 per kg Print
Harga daging babi di Yogyakarta semakin anjlok menyusul merebaknya isu influenza A-H1N1. Beberapa hari terakhir, harga Rp 7.500, padahal, pekan lalu masih Rp 8.000 per kg.

Peternak semakin resah dan terpaksa menjual dengan harga murah. Babi yang sudah delapan bulan, alias umur ideal potong, harus segera dijual ketimbang rugi karena peternak harus memberi pakan dan merawat.

Demikian kata Maryo Kusdiarto, Sekretaris I Koperasi Peternak Babi Karya Tunggal DIY, Minggu, (12/7).

Ketika merebak isu influenza A-H1N1 (juga disebut flu babi) awal April, harga daging yang normalnya Rp 17.000-Rp 18.000 per kg, seketika anjlok menjadi Rp 12.000. Bahkan Bulan Mei, harga sampai menyentuh Rp 7.000, harga terendah yang pernah dialami peternak di DIY.

Pada Juni, harga mulai bergerak naik karena isu sudah mereda. Namun, meski pengiriman sudah mendekati stabil seperti semula, kala itu, harga hanya menyentuh Rp 8.000. Sepekan terakhir, seiring merebaknya isu, harga anjlok lagi hingga Rp 7.500. Pengiriman ke Jakarta, Bandung, dan Surabaya, mulai tersendat.

Dengan populasi 25.000 babi se-DIY milik 360 peternak, kemampuan produksi (jumlah yang dikirim) adalah 1.200 ekor per bulan (300 ekor per pekan). Namun setelah muncul isu, pengiriman hanya 60 ekor per minggu. Dengan demikian, terjadi penumpukan stok 80 persen per minggu. Menahan babi terlalu lama, petani jelas rugi. Itu karena biaya balik modal usaha baru tercapai ketika harga per kg Rp 11.000.

"Kami segera minta ke Dinas Peternakan DIY untuk memberi sosialisasi untuk menjelaskan pada masyarakat tentang isu ini, bahwa daging babi aman dikonsumsi," kata Maryo.

Sumber: www.kompas.com
Last Updated on Wednesday, 15 July 2009 10:14