AHLI PAPARKAN PERAN STRATEGIS ASOHI UNTUK MENDUKUNG PENGENDALIAN AMR

JAKARTA, Selasa 22 Oktober 2024. Masih dari seminar Antimicrobial Resistance (AMR) yang digelar ASOHI dengan tema “Rencana Kebijakan Pemerintah Terkait Penggunaan Antimikroba di Industri Peternakan”. Senior Director of Government Engagement Fleming Fund Country Grant to Indonesia Dr Emil Agustiono, M.Epid. memaparkan makalah berjudul “Peran Strategis Asosiasi Untuk Mendukung Pengendalian Resistansi Anti Mikroba”.

Dalam presentasinya Emil menjabarkan kemampuan mikroorganisme pathogen atau non pathogen (bakteri, virus, jamur/fungi, parasite) peka terhadap kerja obat antimikroba (Antibiotik, Antivirus, antiparasite dan AntiJamur). Sehingga obat-obat ini tidak lagi efektif mematikan mikroorganisme tersebut (WHO 2002). Prevalensi Infeksi akibat mikroorganism pathogen yang resistan Antibiotik telah meningkat secara global pada manusia, hewan/ternak dan ikan.

Ditengarai kalau penyebaran infeksi AMR ini telah membahayakan kesehatan manusia/ternak/unggas/ikan dan membebani ekonomi rakyat dan negara. Industri besar peternakan dan perunggasan sering menjadi “Hotspot” terjadinya evolusi dan penyebarluasan ARGs (Antibiotic Resistant Genes). Antibiotika merupakan antimikroba terbanyak yang resisten terhadap bakteri pathogen dan sehingga mengancam kesehatan global – Silent Pandemic.

Penyebab utama terjadinya AMR adalah misuse atau overuse pada manusia dan hewan. Di negara berkembang, kontributor utama terjadinya AMR diantaranya penyalahgunaan antibiotik dan kemudahan mendapatkan antibiotik, serta penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

Dalam kesimpulannya Dr Emil Agustiono, M.Epid. menegaskan ASOHI sebagai Mitra Kunci Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan aktif memperkuat Public Private Partnership untuk mengendalikan Resistensi Anti Mikroba (AMR) yang merupakan bagian dari Global Health Security dan telah menjadi ancaman bagi dunia dan berdampak pada multi aspek (kesehatan, sosial dan ekonomi).

ASOHI berkewajiban memantau perkembangan dinamika birokrasi pemerintah, tantangan perubahan kebijakan di era otonomi daerah dan dampak globalisasi selain agar harapan Industri Obat Hewan dapat di akomodir di dalam RPJMN Tahun 2025-2029 mengingat industri obat hewan memiliki hubungan erat dengan industri peternakan yang harus dilindungi dari ancaman AMR.

ASOHI sebagai wadah berkumpulnya perusahaan obat hewan dituntut untuk mampu bergerak dengan fleksibel dan dinamis yang diharapkan mampu menjadi mitra kerja pemerintah untuk menjembatani (bridging) untuk memperkuat jejaring kerja antar pemangku kepentingan lain.

ASOHI bersama pemerintah bersinergi melaksanakan edukasi dan sosialisasi kepada publik tentang penggunaan obat hewan khususnya antibiotik, penguatan kemitraan dengan berkolaborasi aktif dengan pemerintah daerah dan masyarakat peternak.

ASOHI diharapkan berkontribusi pada Pencegahan dan Pengobatan infeksi, Rational Drug Use, Pengembangan Ekonomi dan Investasi berkelanjutan, Penguatan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan. (WK)

Scroll to Top