BEKASI, Rabu 20 November 2024. Masih dari laporan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2025 yang diselenggarakan oleh ASOHI di Hotel Avenzel Cibubur, Jawa Barat. Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari menuturkan, meskipun pasar obat hewan di 2024 dilaporkan mengalami penurunan, harapan tetap ada untuk tahun depan. “Kita harus optimis, tahun depan bisa lebih menggairahkan,” ujar Irawati.
Meskipun begitu, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah ketergantungan sektor ini pada produk impor, baik bahan baku maupun produk akhir, yang rawan terpengaruh situasi geopolitik dan fluktuasi nilai tukar. ASOHI, sebagai salah satu asosiasi penting dalam sektor peternakan, terus berperan dalam mendukung keberlanjutan sektor ini, terutama dalam menghadapi isu-isu seperti Anti-Microbial Resistance (AMR) dan penggunaan antibiotik yang semakin ketat.
“Dengan meningkatnya aturan penggunaan antibiotik, termasuk yang harus menggunakan resep dokter hewan, peternak harus lebih selektif dalam pemakaian obat-obatan,” jelas Irawati.
Tantangan ini semakin berat dengan adanya peraturan baru yang melarang penggunaan antibiotik tertentu mulai Januari 2025, yang diharapkan dapat mengurangi risiko resistensi mikroba. Sektor peternakan juga dihadapkan pada kondisi daya beli yang menurun, yang berdampak pada penurunan permintaan akan produk hewan.
Irawati mencatat bahwa meskipun ada sedikit peningkatan pada industri obat hewan, secara keseluruhan pasar ini masih mengalami kesulitan. Ia menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri ini harus mampu bertahan dengan pengelolaan yang lebih efisien.
Outlook peternakan Indonesia pada 2025 diprediksi akan mendapatkan dorongan signifikan melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah. Tigor Pangaribuan, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), menyampaikan bahwa program ini bertujuan memberikan makanan bergizi kepada 82 juta anak dan individu rentan hingga tahun 2027. “Kami menargetkan mencakup anak-anak dari tingkat sekolah dasar hingga SMA, termasuk ibu hamil dan balita,” ujar Tigor.
Langkah ini tidak hanya mendukung ketahanan gizi, tetapi juga berpotensi meningkatkan produktivitas sektor peternakan. Peningkatan konsumsi protein dari produk unggas menjadi salah satu fokus utama. Setiap hari, program ini memerlukan pasokan ayam dalam jumlah besar, yang diproyeksikan akan mendorong produksi unggas nasional secara masif. (TR)