CIANJUR, Rabu 6 Maret 2024. Genetik layer modern telah berkembang sedemikian rupa. Namun, untuk dapat mengeluarkan potensi genetik yang ada, tentu diperlukan berbagai pengkondisian faktor lain yang dapat mendukung performa ternak. Hal ini mengemuka dalam sebuah seminar “Explore the Future 2.0: Solusi Terkini dan Perkembangan Genetik Layer Modern” yang diselenggarakan oleh PT ISA Indonesia bekerjasama dengan PT Sapta Karya Megah dan PT Ceva Animal Health Indonesia.
Director PT ISA Indonesia, Henry Hendrix menyampaikan bahwa perkembangan genetik layer modern memungkinkan untuk dapat melakukan produksi dalam waktu yang lama. Dimana layer modern saat ini bisa berproduksi dengan baik hingga mencapai umur 100 minggu, dimana yang sebelumnya siklus produksi hanya sekitar 80 minggu.
“Namun demikian untuk mengoptimalkan potensi genetik ini yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana faktor lain memengaruhi performa produksi ayam, seperti manajemen pemeliharaan dan kualitas DOC,” ujarnya.
Sementara itu, Thomas Ribut Subagyo, DVM selaku Director PT Sapta Karya Megah mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan layer yang berkualitas diperlukan DOC yang berkualitas pula. Dimana untuk menghasilkan DOC dengan kualitas yang baik ini, bukanlah sebuah perkara yang mudah. Untuk itu dalam menghasilkan DOC, pihaknya selalu memperhatikan standar kualitas yang baik dengan sistem biosekuriti yang bertingkat, serta menggunakan peralatan teknologi yang canggih, baik di farm maupun di hatchery.
“Salah satunya kami telah mengadopsi alat potong paruh atau Infrared beak treatment (IRBT), dimana hanya ada 3 perusahaan di Indonesia yang mengadopsi alat ini. Kami juga menggunakan teknologi hatchery vaccination dan beberapa supportif treatment lainnya. Kemudian terutama di hatchery, kami juga mempunyai sistem edukasi hatchery, sehingga tidak hanya memproduksi DOC saja namun kami juga mendidik baik bagi Universitas, customer bahkan kompetitor. Tidak ada yang tabu dan perlu disembunyikan sekarang, sehingga kita pun sangat terbuka dengan kritik dan saran,” tambahnya.
Masih dalam acara yang sama, Drh Win Wintolo selaku Sales Manager Ceva Animal Health Indonesia menjelaskan bahwa perubahan di dalam perunggasan terjadi begitu cepat. Dimana teknologi ini sudah berkembang luar biasa, sehingga ke depan peternak tidak perlu kaget dengan berbagai inovasi di perunggasan, seperti halnya teknologi vaksin.
“Menurut hitungan saya, cost vaksin ini tidak lebih dari 3% dari total biaya produksi. Jadi sangat kecil. Namun dari yang kecil ini, bisa mengahancurkan keuntungan peternak apabila tidak diatur dengan baik. Karena ketika kita mendapatkan kasus penyakit seperti ND, IB dan lain-lain maka keuntungan yang ada di depan mata akan lenyap. Disini kami hadir dan mencoba memberikan gambaran situasi perubahan yang terjadi, baik dari sisi genetik, lingkungan maupun role bussines model layer di Indonesia, sehingga peternak bisa menyikapi dengan baik,” ujarnya. (PI)