TANGERANG, Kamis 18 September 2025. Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) menggelar Seminar Nasional bertema “Manajemen Lingkungan Berkelanjutan & Teknologi Adaptif untuk Unggas Produktif di Era Modern” di ICE BSD City, sebagai bagian dari rangkaian ILDEX 2025. Acara ini menghadirkan pakar, akademisi, praktisi, serta pelaku industri perunggasan nasional dan internasional.
Presiden MIPI, Maria Ulfa, dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memperkuat ketahanan pangan. “MIPI hadir sebagai wadah untuk menjembatani akademisi, industri, pemerintah, dan praktisi. Tema seminar tahun ini relevan, karena perunggasan dituntut tidak hanya produktif, tapi juga berkelanjutan dan adaptif terhadap teknologi baru,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa MIPI selama 33 tahun telah menjadi mitra strategis dalam pengembangan ilmu dan praktik perunggasan.
Dari pemerintah, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Harry Suhada, menyampaikan bahwa subsektor perunggasan kini menjadi tulang punggung protein hewani nasional. “Produksi ayam ras tahun ini sudah surplus, menempatkan Indonesia sebagai produsen unggas terbesar ketiga dunia setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Ini menjadi peluang ekspor sekaligus mendukung program makan bergizi gratis pemerintah,” jelasnya. Namun, ia mengingatkan adanya tantangan global seperti perubahan iklim, harga pakan yang fluktuatif, penyakit unggas, hingga tuntutan kesejahteraan hewan.
Dalam sesi diskusi, Jack Cheng selaku Director of International Marketing, Strowin Group memaparkan teknologi bioproses berkelanjutan yang mampu menekan emisi amonia hingga 60% dan mengurangi biaya energi. Ia juga menekankan pentingnya penerapan AI precise feeding untuk efisiensi pakan dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Atifa Asgar selaku Senior Regional Leader Sales, Marketing & Communications Expert, Poulta Inc. memperkenalkan teknologi berbasis kecerdasan buatan, thermal camera, dan IoT untuk pemantauan kandang secara real-time. “Dengan data yang tepat dan akurat, keputusan bisa diambil lebih cepat, sehingga kerugian akibat sistem tradisional dapat ditekan hingga miliaran rupiah,” terangnya.
Head of Commercial Production, PT Ciomas Adisatwa, Japfa Group, Slamet Widodo menegaskan bahwa keberlanjutan harus berlandaskan tiga pilar: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Japfa, katanya, telah mengolah limbah menjadi energi terbarukan sejak 2019 dan menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca 50% pada 2040.
Sedangkan Danung Nur Adli Dosen Universitas Brawijaya sekaligus Wakil Sekjend MIPI memperkenalkan inovasi Layanan Teknologi Real-time Ayam (Lentera) yang membantu peternak memantau kondisi kandang dengan sensor dan AI. “Dengan data real-time, peternak dapat meminimalisir kerugian akibat cekaman panas atau mati listrik mendadak,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa teknologi versi lite dan berbasis drone akan segera dikembangkan untuk memperluas akses inovasi bagi peternak rakyat.
Seminar ini ditutup dengan peluncuran website terbaru MIPI-WPSA Indonesia, yang didukung WPSA Belanda. Platform ini diharapkan menjadi pusat informasi real-time, pendaftaran anggota baru, serta sarana kolaborasi perunggasan nasional dan internasional. (PI)