ASOHI JADI NARSUM LOKAKARYA PENANGGULANGAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

JAKARTA, Rabu 28 Agustus 2024. Bertempat di Ruang Rapat Thamrin Hotel Mandarin Oriental telah diselenggarakan Lokakarya tentang Penanggulangan Resistensi Antimikroba (AMR): Dari Kebijakan Strategis hingga Memastikan Keamanan Produk dan Penemuan Pengobatan Baru.

Kedutaan Besar Inggris Jakarta bersama tim hibah negara Fleming Fund untuk Indonesia (FFCGI) menyelenggarakan diskusi panel tentang strategi penanggulangan AMR, memastikan keamanan produk, dan penemuan pengobatan baru. Menjelang Pertemuan Tingkat Tinggi (HLM) UNGA tentang AMR pada bulan September tahun ini, berharap dapat meningkatkan kesadaran dan menciptakan ruang untuk mendorong dialog di antara berbagai pemangku kepentingan di sektor pemerintah dan swasta untuk secara efektif menahan penyebaran AMR.

Diskusi ini akan membangun intervensi strategis sebagai bagian dari implementasi Rencana Aksi Nasional Indonesia untuk Pengendalian AMR (2020-2024), yang menetapkan arah kebijakan untuk perencanaan dan kerja sama program pengendalian AMR antara para pemangku kepentingan di sektor manusia, hewan, dan lingkungan. Akan ada 2 sesi, yang pertama akan fokus pada kebijakan strategis tentang pengawasan AMR berbasis bukti dan penggunaan dan akses yang bijaksana terhadap antimikroba; sedangkan bagian kedua akan fokus pada peran sektor swasta dalam menjaga dan meningkatkan daya saing industri, keamanan produk, dan penemuan pengobatan baru.

Pada kesempatan ini ASOHI yang diwakili oleh Wakil Ketua 2 Drh Andi Wijanarko didaulat menjadi pembicara di sesi kedua diskusi panel ini, untuk berbagi tentang peran ASOHI dalam pelaksanaan impor, produksi, dan distribusi antibiotik di sektor peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia.

Bagian kedua dari diskusi panel berfokus pada bagaimana kita dapat mendukung cara-cara baru untuk bekerja sama seperti kolaborasi terbuka antara industri dan peneliti untuk mengatasi tantangan ilmiah dalam menciptakan obat antimikroba baru, penerimaan yang lebih tinggi terhadap vaksin sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kekebalan bawaan dan diagnostik.

Hal ini sejalan dengan intervensi strategis kelima dari Rencana Aksi Nasional Pengendalian AMR (2020-2024) untuk berinvestasi dalam pengobatan baru, metode diagnostik, dan vaksin untuk mencegah perkembangan AMR.

Terkait sesi pertama, Drh Andi Wijanarko juga membahas tentang peran sektor swasta dalam memastikan AMU (antimicrobial use) yang bijaksana untuk mengurangi ketergantungan pada antimikroba, serta untuk mengendalikan akses dan penggunaan obat antimikroba, vaksin, dan diagnostik yang tepat, sebagai komponen penting dari solusi jangka panjang. (WK)

Scroll to Top