PETERNAK LAYER HARAPKAN KETERSEDIAAN DAN KETERJANGKAUAN HARGA JAGUNG

YOGYAKARTA, Kamis 29 Februari 2024. Beberapa bulan terakhir, persoalan jagung kerap kali mewarnai perjalanan bisnis ayam ras petelur (layer) nasional. Melihat fenomena tersebut, berbagai asosiasi dan koperasi peternak layer yang tergabung dalam wadah Rumah Bersama berkumpul di Fakultas Peternakan UGM untuk melakukan rembuk bersama membahas persoalan jagung sekaligus menyongsong panen raya jagung yang perkiraan akan terjadi pada bulan Maret-April 2024.

Guru Besar Fakultas UGM, sekaligus tenaga ahli Menteri Pertanian, Prof Ali Agus menyebut bahwa persoalan pangan menjadi perhatian serius bagi semua pihak. Ia mengakui bahwa saat ini memang ada persoalan yang harus dihadapi, yakni masalah jagung yang merupakan bahan pakan utama dalam penyusunan formulasi pakan unggas. Dimana ketersediaanya terdampak oleh fenomena El Nino baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga musim tanam mundur, akhirnya panen juga mundur sementara ayam setiap hari harus makan.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono, menyampaikan, “Dari Bapanas, kita sudah punya Perbadan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP). Dan kami terus mendorong Bulog untuk bisa menjalankan CJP. Harapannya pun sama bagi trader, feedmill hingga koperasi bisa menyerap produksi jagung, sehingga harga jagung di petani tidak jatuh dan menanggung kerugian. Bapanas akan memastikan Harga Acuan Pembelian (HAP) jagung dapat menjaga stabilitas harga agar tidak terjadi gejolak khususnya pada saat panen raya,” ujarnya.

Mewakili Menteri Pertanian, Nur Saptahidayat selaku Direktur Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menerangkan bahwa dalam perkembangannya, pertanaman jagung di Indonesia diwarnai dengan tumbuhnya sentra-sentra produksi baru di luar pulau Jawa. Sementara sentra pabrik pakan sebagai pengguna mayoritas jagung masih berada di Pulau Jawa. Oleh karena itu, pengembangan pertanaman jagung ke depan harus didukung dengan sistem logistik yang baik, skema cadangan yang kuat dan pengaturan harga acuan regional, mengingat adanya perbedaan biaya produksi antar wilayah.

“Dan menyongsong panen ini, alangkah baiknya semua pelaku usaha bisa berbagai, baik antara feedmill, trader maupun peternak. Kita tidak ingin, ke depan tim satgas pangan harus kembali turun untuk menertibkan. Karena, apabila melihat jagung ini menjadi sebuah peluang bagi pelaku usaha yang punya uang dan gudang, biasanya hal ini dimiliki trader dan feedmill. Persoalan utama jagung ini adalah penyimpanan yang berbeda dengan komoditas lain, kalau tidak dilakukan dengan baik maka akan terjadi kerusakan. Kedepan saya berharap, teman-teman peternak ini bisa bekerja sama membuat 1 model penyimpanan, sehingga tidak hanya mengharapkan pembelian langsung yang secara musim tidak lama, dan juga tidak harus membeli dari trader. Hal ini harus segera dirintis dan nanti pemerintah akan terlibat di dalamnya,” papar Nur Sapta Hidayat. (PI)

Scroll to Top